UNGKAPAN SEJARAH KUTE “NAKAT”
Menurut cerita-cerita
yang tersurat dalam KULIT-KULIT KAYU KARAS bahwa pada
tahun 1312 M, masuklah ke KUTE MUAHE HENING (sekarang terkenal dengan
nama Muara Enim) dua pemuda yang bersaudara, yang pertama bernama
KAMALUDDIN dan yang kedua bernama MUHAMMAD YUSUF.
Kedua bersaudara itu
berasal dari KUTE JUMBAI (JAMBI), diceritakan bahwa
dua bersaudara itu bertemu dengan SYEKH JALALUDDIN yang pada masa
itu telah berada di KUTE MUAHE HENING dalam rangka penyebar luasan
agama Islam, maka atas persetujuan mereka bersama MUHAMMAD YUSUF
diperintahkan oleh SYEKH JALALUDDIN untuk menjumpai SYEKH ANGKASA
IBRAHIM PAPA yang pada masa itu telah memerintah di
KUTE TANJUNGAN RAMAN, sedangkan KAMALUDDIN tetap
menetap bersama SYEKH JALALUDDIN di KUTE MUAHE HENING.
Setelah KAMALUDDIN cukup
mendapat didikan dari gurunya SYEKH JALALUDDIN, maka pada tahun 1313
M, KAMALUDDIN diperintahkan oleh SYEKH JALALUDDIN
untuk mencari tempat menetap guna penyebaran Agama Islam, maka atas
perintah gurunya itu, KAMALUDDIN berangkat mengembara
dengan menumpang sebuah perahu seorang diri kehilir Sungai Lematang.
Ketika ia dalam
perjalanan mengikuti arus Sungai Lematang yang cukup deras itu,
teringatlah KAMALUDDIN dengan adiknya yang sedang menuntut
ilmu di bawah asuhan SYEKH ANGKASA IBRAHIM PAPA di
KUTE TANJUNGAN RAMAN, diceritakan bahwa pada waktu
KAMALUDDIN telah berada didaerah perairan KUTE TANJUNGAN RAMAN,
singgahlah ia di KUTE TANJUNGAN RAMAN dan langsung menjumpai
adiknya MUHAMMAD YUSUF, seketika itu juga dua bersaudara
tersebut datang menghadap SYEKH ANGKASA IBRAHIM
PAPA serta menceritakan maksud kedatangan mereka untuk mohon restu
agar dapat mengembara dalam rangka mengembangkan serta menyebar
luaskan ajaran Agama Islam.
Setelah SYEKH ANGKASA
IBRAHIM PAPA mendengar keterangan dua bersaudara tersebut dan
mempertimbangkan serta menganggap MUHAMMAD YUSUF cukup mempunyai
ilmu, maka MUHAMMAD YUSUF diizinkan oleh SYEKH ANGKASA IBRAHIM PAPA
untuk bersama-sama kakaknya yang bernama KAMALUDDIN
mengembara mencari suatu tempat menetap guna
mengembangkan ajaran Agama Islam.
Segala keperluan dan
kebutuhan serta perbekalan mereka mengembara telah disediakan cukup
lengkap, maka berangkatlah mereka dua bersaudara itu dengan menumpang
sebuah perahu menuju ke hilir Sungai Lematang, meninggalkan KUTE
TANJUNGAN RAMAN.
Tiada suatu katapun yang
terucapkan, membungkam seribu bahasa selama mereka
dalam perjalanan kedua orang bersaudara itu hanya berkata dalam hati
sanubari masing-masing, memikirkan sasaran utama yang dituju.
Sementara itu perahu
yang mereka tumpangi terus melaju mengikuti derasnya arus
Sungai Lematang yang tiada mengenal kasihan serta berliku-liku
penuh dengan butiran-butiran sejarah yang belum terungkapkan.
Telah berpuluh-puluh
liku-liku Sungai Lematang mereka lalui, tampak di sebelah kiri dan
kanan dengan jelas sekali hutan rimba belantara yang menghijau,
kayu-kayuan besar berdiri dengan megahnya menandakan
bahwa tanahnya
Itu kan th 1390 tepatnya syeikh jamaludin bin jalaluddin kunyah nya syeikh jalaludin way/sungai seputih apakah alur sungai lematang atau hilir sungai batang hari dsb itu yg penting n persatuan sebab kini kisah jesus bahasa komering kan bahaya
BalasHapusItu kan th 1390 tepatnya syeikh jamaludin bin jalaluddin kunyah nya syeikh jalaludin way/sungai seputih apakah alur sungai lematang atau hilir sungai batang hari dsb itu yg penting n persatuan sebab kini kisah jesus bahasa komering kan bahaya
BalasHapus